terbukti menghasilkan uang

Sabtu, 10 September 2011

Kacang Lupa Kulitnya; Sudah Nikah Lupa Orang Tuanya

Sebagian orang ketika telah menikah lupa kepada kedua orang tuanya. Sikapnya berubah, ia lalai dari memenuhi hak-hak mereka dan tidak menghormati mereka sebagaimana mestinya. Bisa jadi ia lebih menuruti istri daripada mematuhi orang tua. Barangkali ia menghina mereka demi menyenangkan hati istri. Bahkan, bisa jadi ia mengusir mereka dari rumah, atau meningalkan mereka hanya berduaan di rumah, padahal mereka sangat membutuhkan perhatiannya.
Tidak diragukan lagi bahwa tindakan tersebut merupakan bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Dikhawatirkan pelakunya akan mendapatkan hukuman segera yang akan mengganggu ketenteraman dan ketenangan hidupnya. Apa yang bisa diharapkan dari seseorang yang menelantarkan orang yang paling dekat dengannya, yang paling utama untuk ia taati dan sayangi?
Tentu orang lain lebih layak untuk ia abaikan. Seseorang yang tidak bersikap baik kepada orang tua, maka tidak mungkin memiliki sikap baik kepada istri, anak atau kepada siapa pun yang lainnya. Untuk itu sudah sepantasnya seorang anak yang shalih berbakti kepada kedua orang tua dalam setiap kondisi. Berikut beberapa hal yang bisa menyinambungkan sikap baktinya setelah menikah:
a. Doa, yaitu dengan menyandarkan diri kepada Allah l, memperbaiki hubungan dengan-Nya, dan memohon pertolongan kepada-Nya agar selalu bisa berbakti.
Bila benar pertolongan Sang Khalik untuk seseorang
Maka tiada harapan sulit kecuali menjadi lapang
b. Mengantisipasi segala sikap yang menyebabkan orang tua merasa bahwa anaknya telah berubah. Yakni sikap anak menjadi berubah setelah menikah, begitu pun dengan sikap kedua orang tua. Terkadang si anak sibuk, sehingga melalaikan orang tuanya, sedangkan orang tua diselimuti oleh syak prasangka yang besar. Mereka menduga bahwa si anak telah melupakan mereka dan berpaling kepada yang lain.
Dalam hal ini ibu memiliki porsi lebih besar dibanding ayah. Seyogyanya seorang anak memperhatikan benar-benar masalah ini. Hendaknya ia melakukan apa saja dalam batas kemampuannya agar tidak keluar tindakan yang menyebabkan ibu secara khusus merasa bahwa ia telah berpaling darinya dan telah mempunyai pengganti. Ia pun harus bersabar menghadapi kritikan pedas ibu. Sebab, semakin besar ketergantungan dan cinta ibu kepada anak, maka semakin banyak kritikan dan omelannya kepada anak.
c Menambah lagi porsi tindakan berbakti kepada orang tua, baik tindakan moril maupun materil. Misalnya dengan memberi hadiah, berkunjung, berkomunikasi secara kesinambungan dan memperlihatkan rasa cinta, baik ketika tinggal bersama maupun ketika tinggal terpisah.
Sebaiknya anak tidak membebani diri melakukan sesuatu yang tidak bisa ia lanjutkan di kemudian hari. Sebab, bila di kemudian hari ia tidak melakukan tindakan tersebut, maka akan memunculkan penafsiran yang tidak memihak kepada dirinya, atau bahkan mengakibatkan dampak buruk bagi dirinya.
d. Tinggal secara terpisah, bila tidak menyebabkan orang tua tinggal berduaan saja di rumah, padahal mereka tidak mampu memenuhi urusan mereka sendiri. Namun, bila mereka mampu memenuhi urusan mereka sendiri dan rumah tersebut penuh dengan saudara-saudara, maka sebaiknya ia tinggal terpisah, tentu dengan tetap menjaga sikap berbakti seperti dijelaskan di muka.
e. Sebisa mungkin menjauhkan orang tua dari problematikan rumah tangga. Hendaknya suami menyelesaikan problem rumah tangganya berdua saja bersama istri dengan penuh rasa cinta. Jangan sampai orang tua mengetahuinya, sebab hal tersebut akan membuat mereka sedih. Namun, bila kondisi menuntut keterlibatan orang tua, di mana anak ingin meminta pendapat orang tua dan mereka memiliki pandangan yang bijak, maka tidak masalah untuk melibatkan orang tua.
f. Berusaha dengan serius untuk mengharmoniskan orang tua dengan istri. Manfaat tindakan ini akan terlihat pada pembahasan berikut.(M.faqih)
Disadur dari buku Dosa-Dosa Suami, Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Penerbit Zamzam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar