terbukti menghasilkan uang

Rabu, 07 September 2011

Kekalahan Gaddafi yang Begitu Cepat dan Aneh...

Runtuhnya rezim pemimpin Libya Muammar Gaddafi, yang telah kita lihat pekan ini di layar dunia Arab, tidak hanya menegaskan kembali kerapuhan diktator Arab, namun juga keberhasilannya selama bertahun-tahun dalam membodohi kita dengan slogan-slogan palsu tentang patriotisme, nasionalisme dan anti kolonialisme.
Kita tidak ragu sama sekali bahwa pesawat NATO dengan jenderal dan ruang operasi militernya yang mengepung pertempuran selama lima bulan terakhir, memainkan peran penting dalam menumbangkan rezim Libya, dan memungkinkan kekuatan oposisi untuk mencapai kemajuan pesat dalam pertempuran, dan perebutan kota satu demi satu. Tetapi, yang menimbulkan pertanyaan—bukan untuk membela rezim Gaddafi dan pasukannya— mengapa wilayah ibukota dan sebagian besar wilayah Libya dapat runtuh hanya dalam beberapa jam saja?

Rezim Libya telah menghabiskan miliaran dolar untuk membeli senjata modern dan canggih, dan menyiapkan para komandannya, layaknya burung merak dalam benteng-benteng utama yang dijaga dengan tank, rudal dan pesawat tempur, helikopter, dan berbagai unit angkatan bersenjata. Dengan kekuatan sebesar itu, kita tidak melihat dampak atau efektivitas apa pun dalam pertempuran dengan para pemberontak.
Sebuah bangsa yang tertindas bila martabatnya telah dilucuti, dan kehilangan kebebasan mendasar, mereka tidak akan membela tiran, dan tidak dapat tertipu oleh slogan-slogan mereka ketika fakta yang sebenarnya telah terungkap. Apa yang terjadi di Tripoli dan kota-kota Libya lainnya adalah contoh yang paling menonjol.
Resistensi Lebanon-Palestina, misalnya, berdiri tegak menahan invasi “Israel” ke Beirut lebih dari delapan puluh hari, di mana tank-tank "Israel" tidak bisa maju walau hanya beberapa meter, karena para ksatria pembebasan tegar membela martabat nasional.
Perlawanan Lebanon bertahan lebih dari tiga puluh hari selama agresi "Israel" pada Juli 2006, mempermalukan tentara "Israel" yang katanya "tak terkalahkan", menghancurkan mitos kekuatan tank-tank Merkava. Dengan kepahlawanan dan ketawadhuan, mereka membela tanah kelahiran dan lebih dari empat ribu roket Israel dapat dihancurkan. Mereka melakukannya bukan karena membela diktator yang tidak adil, arogan, dan tiran. Mereka berjuang bukan dalam rangka mematuhi perintah, tetapi berjuang untuk pemulihan kesucian dan martabat Arab dan Islam yang hilang.
Kita sadar betul bagaimana perbedaan kekuatan antara Israel dan kekuatan Arab Islam yang ingin menggulingkan rezim diktator arogan dan menghinakan bangsanya sendiri. Tetapi yang kita ingin cermati adalah kurangnya kemauan untuk berjuang dan keinginan untuk mengorbankan diri pada orang-orang yang berada dalam lingkup sistem tiran
dan kediktatoran. Itu semua tidak ada ketika mereka menginginkan kemerdekaan.
Sekarang, rezim telah jatuh dan sebagian besar anak-anak bangsa ditangkap. Kota-kota di Libya telah dikuasai oleh kekuatan oposisi, dengan pengecualian beberapa kantong saja. Pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana bentuk dari fase berikutnya, semua itu masih dalam gagasan dan tidak boleh terhalang oleh debu perayaan kemenangan jatuhnya sistem Libya.
Tahap berikutnya, pasca “kemenangan” adalah masa yang mungkin paling sulit dan berbahaya, bukan karena kekhawatiran rakyat akan compang-camping, di mana tidak ada rumah sakit, tidak ada sekolah atau universitas, tidak ada lembaga atau infrastruktur, melainkan karena ada perpecahan serius di jajaran oposisi, dan agenda tersembunyi NATO dan negara-negara Barat, yang pada awalnya melakukan intervensi militer untuk menggulingkan rezim itu karena alasan kemanusiaan.
Libya sekarang berada pada masa vakum keamanan, dan kurangnya visibilitas politik, dan ini diharapkan tidak mengulangi adegan yang sama di Irak setelah pendudukan Amerika.
Harus dicatat bahwa aktivis Islam –yang moderat atau militan— adalah orang-orang yang memegang beban paling berat dari upaya perang, dan ini merupakan fakta yang tak terbantahkan dan tidak seharusnya dibantah. Sangat keliru bila para pemimpin NATO mencoba untuk menjauhkan mereka dari buah kemenangan mereka, dan tidak mengakui peran dan hak mereka untuk berpartisipasi dalam menggambar identitas Libya di masa depan.
Kami khawatir bahwa NATO, setelah berhasil dalam mengubah rezim di Libya, mulai mempersiapkan rencana serupa di Suriah, terutama pada beberapa kelompok di antara oposisi Suriah akan menyambut intervensi ini atau menghasut. Dan jika intervensi ini benar-benar terjadi itu adalah suatu peristiwa yang mungkin menjadi bumerang sepenuhnya, karena situasi Suriah lebih kompleks dan lebih berbeda dari kasus Libya.
Saya tidak simpati pada sistem Gaddafi dan anak-anaknya, tetapi kita berhak khawatir terhadap apa yang akan datang ke Libya, baik oleh NATO, yang terlihat ingin mengintervensi harga minyak, pangkalan militer dan kontrol politik, atau perselisihan
yang mungkin terjadi. Ada napas dalam api dari banyak sisi yang mengancam Libya. Meski demikian, kita tidak bisa tidak perlu mengucapkan selamat kepada kemenangan rakyat Libya atas tirani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar